Home

Menilik Sejenak Asal Usul Makanan

Menilik Sejenak Asal Usul Makanan

Berbicara tentang makanan memang tak ada habisnya. Hampir setiap jam kita melakukan aktivitas menyantap makanan, mulai dari makanan ringan hingga makanan berat. Jika bicara tentang rasa, bahan, bentuk dan cara mengolah makanan sepertinya bukanlah hal asing bagi kita apalagi bagi yang hobi akan dunia kuliner. Adalah menarik saat kita menilik kebelakang mengenai asal-usul makanan yang sering kita makan, apalagi tidak banyak orang mengetahui tentang asal usul jenis masakan ini.

Jenis menu makanan yang biasanya kita santap sehari-hari tak lepas dari perjalanan budaya bangsa Indonesia. Benturan dan percampuran budaya barat (Eropa) dan timur (Indonesia) adalah hal yang tak dapat dipisahkan dari aspek boga. Akulturasi budaya Barat dan Timur dimulai sejak pertengahan abad ke-19, dimana cengkeraman penguasa colonial sangat kental dan dominant hingga mempengaruhi kesemua aspek kehidupan termasuk dalam budaya boga. Perkembangan rijsttafel sebagai suatu wujud budaya makan modern yang pernah hidup di tengah-tengah masyarakat pada masa colonial adalah salah satu faktor yang turut melatar belakangi hadirnya berbagai menu makanan di Indonesia. Rijsttafel juga merupakan perpaduan dari beberapa jenis hidangan dari unsur boga Cina, Eropa, dan tentunya didominasi hidangan Jawa. Disamping itu aspek sosial politik juga merupakan faktor pengaruh bagaimana budaya Eropa dan Timur bertemu dalam sebuah budaya makan.

Mari kita menengok sedikit ke belakang untuk mengetahui asal-usul beberapa jenis makanan. Dimulai dari Sup/ Sop atau Soep dalam bahasa Belanda, sup merupakan makanan yang berasal dari Eropa. Orang Belanda biasanya menyantap sup sebagai sebuah hidangan pembuka yang disajikan panas, terutama sebagai penghangat di musim dingin. Bahan utamanya adalah air kaldu yang berasal dari daging sapi maupun daging ayam yang dicampur sedikit sayuran. Akan tetapi di Jawa yang udaranya tropis, sup ini dinikmati orang Belanda dengan membiarkannya menjadi dingin dan sebagai pelengkap makan nasi. Kemudian orang pribumi (Jawa) menirunya sebagai salah satu sayur berkuah yang dimakan dengan nasi dan menambahkan beberapa jenis sayuran lagi seperti wortel, daun seledri hingga buncis. Akan tetapi pengaruh Cina turut mempengaruhi jenis makanan ini, yang dikenal dengan jenis sup yang disebut Kimlo.

Jenis hidangan yang merupakan modifikasi sup adalah soto. Soto yang telah dikenal sejak pertengahan abad ke-19 (terlihat dari cukup banyaknya tulisan menu soto dalam berbagai buku masakan yang ditulis oleh nyonya-nyonya Belanda). Bahan dasar soto pada mulanya saat itu adalah usus daging sapi dan kerbau yang kemudian dikenal dengan soto babat. Sedangkan sisa tulang-tulang dari pengolahan soto yang biasanya dibuang justru dimanfaatkan oleh para pelayan dan juru masak yang diolah menjadi jenis soto baru yang dinamakan soto tangkar. Modifikasi kemudian berlanjut dan dibawa oleh beberapa juru masak dari Belanda dan pribumi, hingga menghasilkan beberapa jenis soto lain, seperti soto ayam yang popular di Jawa Timur.

Lauk pauk yang sangat familiar dan hampir selalu ada dalam sebuah jamuan hidangan adalah perkedel. Perkedel berasal dari kata frikkadel. Perkedel awal mulanya dibuat dari dapur Perancis dan bernama fricandeau. Kemudian orang-orang Perancis pada masa Napoleon menguasai Negeri Belanda dan turut mengenalkan makanan tersebut di wilayah koloninya. Orang Belanda menyebutnya dengan nama frikkadel dan pada gilirannya mereka turut memperkenalkan makanan tersebut di negeri jajahannya, termasuk Indonesia. Kesulitan mengucapkan huruf ‘f’ oleh orang-orang Pribumi kata frikkdel kemudian dilafalkan dengan perkedel atau bergedel di Jawa Tengah dan Timur. bahan dasar kentang, dihaluskan dan ada yang ditambah daging giling sapi, ikan bahkan babi. Oleh orang-orang pribumi yang beragama Islam kemudian dimodifikasi dengan mengganti bahan daging babi dan menggunakan bahan dasar tempe atau tahu, sehingga pada masa itu mulai populer hidangan yang dinamakan perkedel tempe dan tahu. Perkedel Belanda berupa pure kentang yang dibumbui, dibentuk bulat atau lonjong dan digoreng, yang di Indonesia dikenal dengan nama kroket. Dalam boga Perancis disebut dengan croquettes yang berisi ragu (ragout) yang digulingkan dalam putih telur kocok dan bubuk roti lalu digoreng. Penggunaan daging giling sapi yang dibentuk bulat tanpa tambahan kentang yang dihaluskan disebut dengan gehaktballen. Sedangkan jika daging giling diganti dengan nasi dan dibentuk bulat lalu digulingkan dalam tepung roti disebut nasiballen.

Semur sebenarnya merupakan makanan asli Portugis yang kemudian diadaptasi sebagai makanan khas orang Belanda dengan komposisi daging ayam atau sapi yang bercita rasa sedikit manis. Semur berasal dari kata Smoouur, Semur kemudian diadaptasi sebagai salah satu makanan lokal, seperti yang dapat dilihat dari Semur Betawi yang dianggap sebagai steik bergaya lokal yang popoler di Batavia pada saat itu. Bentuk dagingnya yang besar, sehingga harus dipotong-potong pada saat menyajikannya. Ada sebuah cerita unik yang mendasari penamaan jenis makanan ini; kata semur berasal dari cerita tentang seorang pembantu (disebut jongos pada masa abad ke-19) yang sedang memberi makan anak majikannya dengan menu semur ini. Saat jenis masakan ini habis, ia berkata dengan bahas “ik want Smoouur”, sedangkan sang pembantu mendengar sebutan masakan ini dengan semur, maka mulailah orang-orang pribumi menyebut masakan ini dengan nama semur.

Bistik (biefstuk) oleh orang-orang Belanda pada awalnya dianggap sebagai makanan utama dalam rijsttafel yang terpisah dengan makan nasi yang lebih dianggap sebagai appertizer. Bistik dimakan dengan kentang, sayuran (terutama kacang polong atau ercis) dan wortel. Di kalangan orang-orang pribumi bistik justru lebih cenderung dijadikan sebagai teman makan nasi.

Zwartzuur yang diolah dengan bahan utama daging ayam dan menggunakan campuran anggur merah. Merupakan masakan asli Belanda yang kemudian diadaptasi sebagai salah satu masakan lokal dalam budaya makan masyarakat pribumi, di Jawa Barat masakan ini dikenal dengan sebutan suar-suir hayam dan mengganti penggunaan anggur merah dengan kecap manis serta daging ayamnya disobek atau diiris tipis dan dibuang tulangnya.

Itulah beberapa kilasan sedikit tentang asal-usul menu makanan yang biasa kita makan. Namun yang pasti darimana pun makanan tersebut berasal pertimbangan bahan dan pengolahan menjadi sebuah pertimbangan yang penting. Terutama menyangkut masalah kehalalan makanan. Sikap kritis tetap diperlukan sehingga kita dapat menikmatinya kapan saja dimana saja. Semoga dengan menilik sedikit kebelakang mengenai asal-usul beberapa jenis makanan ini membuat kita mensyukuri rizki yang telah Allah berikan kepada kita. Amin. Ah


                        Sumber Downloads:
Link sahabatku:


Nama : Mira Anggraeni
Kelas : X RPL 1
Sekolah : SMK BPPI Baleendah
Alamat : Jln.pln dyk
TTL: Bandung 18 juni 1995

masakan mira Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino